— Makan Dini Hari Bareng
TW // gumoh, mengandung kebulolan insan bernama Sanzu.
“Rin,” panggil Sanzu kepada sosok manis didepannya yang memegang mangkuk berisi kocokan telur.
”...hm?”
Duh, gemas. Masalahnya Rindou noleh dengan mata tertutup dan menjawab suara bangun tidurnya.
“Itu kompornya belum dinyalain,” tunjuk Sanzu pada kompor yang belum dinyalakan, padahal teflon untuk menggoreng telur sudah siap.
“Ha? Oh iya, lupa” balas Rindou lalu menghidupkan kompor dan menunggu teflon itu panas, tak terasa ia menutup matanya lagi.
Duh lucunya, calon masa depan
“Mau gue masakin Rin? Lu tinggal tungguin aja di kursi makan,” tawar Sanzu karena sudah tidak tahan dengan kegemasan seorang Rindou Haitani.
”..boleh?” Tanya Rindou tak yakin, pasalnya ia mengantuk sekali tetapi perutnya terus berbunyi membuatnya tak nyenyak tidur.
“Iyaa, boleh banget. Udah ayokk duduk aja,” jawab Sanzu, lalu menggiring Rindou yang terbungkus selimut tebal wangi parfum yang biasa ia cium dari adik sepupunya yang baru lahir tahun lalu.
“Adek gue kalo pake sesuatu yang ada alkohol nya, dia alergi gitu,”
Tiba-tiba suara Ran muncul saat mereka sedang nongkrong di tempat biasa mereka berkumpul. Padahal Sanzu dulu merasa Ran gabut banget sampai ngomong hal seperti itu. Tapi sekarang ia merasa sangat gemas dengan fakta itu.
“Nah duduk dulu, bentar gue masakin dulu ya, Tuan Putri,” ucap Sanzu setelah mendudukkan Rindou, dan Rindou langsung menjatuhkan kepalanya di meja lalu menutup mata.
”..... cepetan, Rin lapeer,” gumamnya membuat Sanzu tanpa sadar mencubit lembut pipi Rindou.
“Iyaa sayang,,”
Tanpa basa-basi lagi, Sanzu langsung menggoreng telur yang sudah Rindou kocok tadi. Menggorengnya dengan sepenuh hati dengan bumbu cinta, akhirnya telur dadar itupun jadi. Disajikan dengan nasi hangat dan telur dadar yang terlihat enak untuk dimakan.
“Rindouu, telurnya udah jadi nih,”
Dilihatnya Rindou membuka mata dan mengangkat kepalanya, tapi matanya tetap tertutup.
“Ngantuuukk, tapi lapeer, huhuu”
“Sanzu suapin ya? Mau?” Tawar Sanzu mengambil kesempatan dalam kesempitan.
“Aaa”
ANJIR RIN, KASIH TRIGGER WARNING DULU DONG? JANTUNG GUE KETAR-KETIR JADINYAA
Sanzu menyendokkan telur dan nasi itu ke mulut Rindou, dan Rindou mengunyahnya dengan terkadang terkantuk-kantuk dalam keadaan mengunyah.
”..minumm,” ucap Rindou masih dengan mata tertutup.
Dengan cepat Sanzu menuangkan air ke gelas dan menyodorkannya ke mulut Rindou.
“Udahh, aaa lagi,”
STOPP GUE UDAH GA KUAT DENGAN APA YANG ADA DIDEPAN GUE,
Dan kegiatan Sanzu menyuapi Rindou terus terulang hingga nasi dan telur dalam piring habis. Setelah meminum air, Sanzu mengantar Rindou ke kamarnya.
“Rin, bisa naik tangganya?” Tanya Sanzu karena mereka terdiam didepan tangga.
“Ngantuuk, gakuat ngangkat kaki,” jawab Rindou pelan
“Gendong mau?”
“Gendoongg,,” ucap Rindou dengan merentangkan tangannya, membuat selimut yang menutupi tubuhnya terjatuh.
“Iyaa, ayok sini gendong dibelakang,” balas Sanzu setelah memungut selimut Rindou, dan menggendong Rindou dipunggungnya.
Sanzu menaiki tangga dengan kepala Rindou yang ada dipundaknya. Masalahnya adalah napas Rindou itu bikin geli, mana wangi rambut Rindou ini adalah wangi favoritnya di antara semua baby cologne yang ia tau.
Sesampainya didepan kamar Rindou yang pintunya tak tertutup dengan benar, Sanzu mendorong pelan pintu itu dengan kakinya.
Sanzu pun menidurkan Rindou dikasur, menyelimutinya dan dengan kesempatan yang ada, dia juga memfoto wajah tidur Rindou. Untuk dijadikan wallpaper.
“Selamat malam, manis.” Ucap Sanzu pelan disamping telinga Rindou, yang tak diduga Rindou pun membalas.
”..malam jugaa,” balas Rindou meskipun suaranya sangat pelan dan kecil.
“Duuh gemesin banget si jodoh gue, jadi pen culik,” ucap Sanzu berjalan keluar dari kamar Rindou dan tak lupa menutup pintu kamar Rindou.
“Harus cepet dijedor ini, karena hati watashi sudah tidak kuat menahan segala ke-kiyod an ini,”
—fin. © All contents by tsumumbul.