Day Three : Ke Rumah Keluarga Miya

Pagi ini Sakusa bangun dengan wajah yang bersinar ceria, karena hari ini dia berencana akan berduaan dengan sang pujaan hati seharian penuh.

“Seneng banget mukanya, bagi dong kalo dapet duit” celetuk seseorang diambang pintu kamarnya, membuat Sakusa menoleh mendapati adik kandungnya tengah berdiri menyender di pintu.

“Ini lebih bagus daripada uang, ini bisa buat bahagia selamanya. AH ANJING JADI MAKIN PENGEN MEMILIKI.” kelepasan berucap kasar karena membayangkan muka sang pujaan.

“Gila.” Abis itu Sakusa yang masih mengbaper ditinggal kebawah, sang adik laper mending makan daripada ngeliat abangnya mengbaper.

“Loh Dek? Abang mana? Belum bangun?” Tanya Sang Ayah melihat sang putri duduk dikursi makan tanpa adanya sang putra yang mengekor.

“Gatau, lagi menghalu dia. Biarin aja,” jawab Sang Adek gapeduli.

“KIYOOMI CEPET TURUN, ENTAR TELAT!!!” teriakan Bundanya membuat Sakusa yang lagi ada di langit ke sebelas kaget, dan sadar dia masih belum jadi pacarnya Atsumu seperti di khayalan nya.

“Iya Bund!! Bentar!”


Deg deg an, dan berkeringat dingin.

Adalah hal yang Sakusa alami sekarang. Dia sekarang sudah berada di depan gerbang rumah keluarga besar Miya.

Sakusa terlalu takut untuk memencet bel agar sang satpam membukakan gerbang, sehingga dia berdiam diri dibawah sinar matahari yang untungnya belum terlalu panas.

“Yuk bisa yuk, pencet bel nya Kiyoomi.” Ucap Sakusa menyemangati dirinya.

Ting!

Tak beberapa lama, gerbang dibuka memperlihatkan rumah megah dan seorang satpam yang mempersilahkannya masuk.

Sakusa dibuat lebih tegang dari sebelumnya. Kini ia mengendarai mobilnya sampai didepan pintu utama rumah itu.

Atsumu bilang dia akan keluar sebentar lagi, karena dia masih mengunyah roti panggangnya pagi ini. Membayangkan Atsumu mengunyah roti panggang dengan pipinya yang gembul itu sukses membuat Sakusa pusing sebelas keliling.

Tak lama pintu besar mewah itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian rapi dan kacamata. Dia berjalan mendekat pada Sakusa yang duduk tenang diatas kap mobilnya.

“Tuan Muda Sakusa?” Tanya wanita itu.

“Iya saya, ada apa?”

“Dikarenakan Nona Muda Atsumu sedang menghabiskan makanannya, Nyonya Miya mengundang Anda untuk sarapan bersama.”

Bentar, bilang ke Sakusa kalo sekarang dia masih mimpi. Disuruh masuk sama Mamah mertua, seneng ga lau?!

Setelahnya Sakusa ikut mengekor wanita paruh baya itu, ia diarahkan ke sebuah ruangan besar dengan gaya modern dan disana ada seorang lelaki paruh baya yang tegas serta disampingnya ada wanita paruh baya yang tegas dan elegan.

Lalu disebelah wanita itu ada pujaan hatinya dan juga kembaran sang pujaan hati, didepan sang pujaan hati terdapat kursi kosong dan disebelah kursi kosong itu diisi oleh Suna Rintarou yang ia kenal adalah kekasih dari Miya Osamu.

Bentar, jangan bilang gue kudu duduk didepannya Atsumu sama pinggirnya Ayah Miya?!! Gemeter anji!! Batin Sakusa

Dan wanita yang menuntunnya menuju kesini mempersilahkannya duduk dikursi yang Sakusa tebak, and ya dia terdiam kaku sekarang.

“Omi udah sarapan?” Tanya Atsumu dengan mulut yang mengunyah roti panggang.

“Nak Sakusa nggak suka roti ya?” Tanya Nyonya Miya memandang Sakusa yang membatu.

“Dia mah omnivora Mam, semua dimakan. Ya ga Sak?” Bukan Sakusa yang menjawab melainkan Suna dengan muka jail nya.

“Kalo kamu yang omnivora Papah percaya Rin, kamukan pemakan segala.” Dan ucapan Tuan Miya disamping Sakusa juga membuat Sakusa sedikit terkejut.

“Lah Papah kok jadi ngajak berantem gini? Ayok Pah kita berantem secara betina!” Ucap Suna melantur sambil mengangkat ayam gorengnya. Dan Tuan Miya juga tak mau kalah ia mengangkat potongan kecil steak di garpunya miliknya.

“Maaf ya nak Sakusa, mereka agak ga beres otakknya.” Ucap Nyonya Sakusa.

“Halah, Sakusa juga satu spesies kayak Rin itu Mah,” olok Osamu sambil mengunyah onigiri yang entah ke berapa.

“Udah heh kalian berdua, cepet abisin makannya. Abis itu gelud sana di lapangan.” Ucap Nyonya Miya menghentikan kedua pria berbeda usia itu.

“Kutunggu dirimu di lapangan jam 3 sore, wahai Rinta!!” Ucap Tuan Miya menodongkan garpunya kearah Suna yang menyunyah ayamnya.

“Aku tidak takut, Wahai Tuan Miya!!” Balas Suna tak mau kalah.


Kini setelah sarapan yang cukup random, Tuan Miya yang ia kira adalah orang yang tegas dan dingin ternyata juga mempunyai sifat gampang bergaul. Dan saat ini Sakusa juga memanggil Tuan Miya dengan sebutan Papah.

Apakah ini tandanya lampu green?

“Omi tadi makannya enak? Dimasakin nya itu soalnya gatau Omi suka apa..” ucap Atsumu memulai percakapan di dalam mobil.

“Eh suka kok, enak banget!! Kapan-kapan boleh ga sarapan disana lagi?”

Nggatau malu? Biarin selama bisa mendekatkan diri dengan keluarga mertua dan pujaan hati, kenapa engga?

“Boleh!! Papah pasti seneng, soalnya dia bilang suruh ajak kamu terus, Papah bosen sama mukanya Rin.” Balas Atsumu.

“Okeoke, apasih yang engga buat Papah mertua.” Ucap Sakusa dengan lirih diakhir.

—fin. © All contents by tsumumbul, do not modify or repost without my permission.